Minggu, 01 Agustus 2010

SESAL


Jam dinding donal bebek sudah menunjukan pukul dua belas siang, tapi Muti adikku belum beranjak dari kamarnya yang masih dikunci. Semalam ia pulang dengan air mata yang tak henti mengalir di pipinya yang putih. Ia mengatakan kepadaku kalau kekasihnya Dani telah memutuskan hubungan mereka, alasan Dani sudah tak ada kecocokan. Padahal setahuku mereka sebelumnya tak pernah bertengkar, terlebih lagi Dani seorang cowok yang tampangnya standar sangat gigih menaklukan hati adikku yang kecantikannya bisa disamakan dengan artis sinetron Asmiranda.

“Muti, Muti, keluar dari kamar, udah siang banget nih, kamu ngga kuliah, ngga laper apa, Mba masak orek tempe favoritmu nih” ku coba merayu Muti agar mau keluar dari kamarnya.

Dibukanya juga pintu itu, Muti dengan mata yang sembab dan wajah yang kusut.

“Aku ngga kuliah ah Mba, aku bete banget, Mba sendiri ngga kerja ?” ucap Muti
“Mba hari ini lagi off, ya udah kalau kamu hari ini ngga kuliah dulu, tapi hanya hari ini ya..” rayuku
“Mba ajak aku jalan apa Mba, kita kemana gitu” ajak Muti kepadaku.
“Ya udah kita ke Setu Babakan, hari ini kata teman Mba akan ada lenong dengan gambang kromongnya, pasti kita terhibur, jam setengah dua siang acaranya, sekarang setengah satu, ya udah kamu mandi, hi…baunya bikin Mba jadi eneg banget” godaku pada Muti, seketika ia langsung mencubit lenganku yang gemuk.
♦♦♦

Muti, ia tersenyum kembali, katanya ia udah balikan dengan Dani setelah 5 hari yang lalu putus. Muti sangat terpukul setelah diputusin Dani, berat badannya turun 2 kilo.

♦♦♦

Sudah jam 11 malam tapi Muti belum pulang, kami hanya tinggal berdua di Jakarta, sedang Ayah dan Bunda tinggal di Bogor. Jadi Bunda sangat memintaku untuk menjaga adikku satu-satunya itu. Handphonenya dimatikan, aku jadi cemas.
Tak lama kemudian ketukan pintu terdengar, kubuka pintu dan betapa terkejutnya aku mendapati Muti dalam keadaan mabuk dengan diantar taksi yang masih menunggu pembayaran sewanya. Ku papah Muti sampai ketempat tidurnya, ku ganti pakaiannya yang sangat bau alkohol.
♦♦♦
Jam lima subuh aku kekamar Muti yang tak dikunci, kudapati ia masih terlelap.
“Muti…bangun udah jam tujuh” kubangunkan Muti. Tak lama ia membuka matanya, ia meminta maaf kepadaku.
“Muti semalam diajak ke pesta temannya Dani, terus Muti diajak minum, mulanya Muti ngga suka, tapi Dani memaksa sebab dia mengancam akan memutuskan hubungan kami” jelas Muti.
“Dani ? mulai sekarang kamu ngga usah berhubungan dengan Dani, dia laki-laki brengsek, dia menyuruh kamu minum alkohol, kamu paham kan kalau alkohol itu haram untuk kamu minum, apalagi sampai mabuk kayak semalam, pokoknya harus putus” ucapku
“Muti ngga mau, mending Muti mati aja daripada harus putus dari Dani” ucap Muti berani melawanku.
♦♦♦
Seminggu telah berlalu sejak aku mengomeli Muti pagi itu, Muti jarang sekali ngobrol denganku, kalau pun ada percakapan itu hanya sekedar saja. Namun soal kelakuan Muti yang pernah mabuk belum aku beritahu bunda, aku takut bunda jadi cemas.
“Muti, kamu mau kemana lagi, sekarang udah jam delapan malam, lalu kamu mau pulang jam berapa ?” tanyaku pada Muti dengan parfum yang lumayan menyengat.
“Keluar sebentar Mba, sebelum jam sepuluh aku pulang, Mba ngga usah khawatir Dani itu cowok yang baik, dia juga meminta maaf sama Muti lantaran Dani mengajak Muti minum” jelas Muti sambil segera berlalu.
“Ya udah, kamu hati-hati ya, jangan lupa handphonenya selalu diaktifkan” pintaku pada Muti.
♦♦♦
Diam-diam ku ikuti Muti dengan sepeda motorku, ia pergi naik angkot lalu ia berhenti di halte yang disana kulihat Dani tengah menantinya dengan mobil kodoknya. Dani pria yang tak tau sopan, ia tak pernah sekalipun menjemput Muti di rumah melainkan selalu di Halte.
Terus ku ikuti Muti, astaga Muti diajak ke diskotik, sebenarnya aku tak mau menginjak tempat itu lagi sejak 10 tahun yang lalu saat aku masih SMA, tapi ini darurat. Diskotik sangat padat dengan pengunjungnya, aku jadi sedikit pusing dengan asap rokok yang kelewat tebal. Ku lihat Dani dari jauh dengan bebas menciumi adikku dengan alcohol di tangannya. Tak lama mereka pergi ke atas, akupun mengikutinya segera. Astaga aku kehilangan jejak, namun kudengar teriakan Muti. Aku segera mencari asal suara itu, langsung ku buka pintu yang tak dikunci, kudapati Dani tengah membuka paksa pakaian Muti, kupukul Dani dengan botol minuman kearah punggung Dani, Dani pun tersungkur ke lantai, dan dengan segera aku membawa Muti keluar.
♦♦♦

Muti syukurlah tak terjadi apa-apa denganmu. Aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu seperti halnya yang telah terjadi pada Mba mu dulu yang sewaktu SMA pernah hamil dan menggugurkannya tanpa diketahui Ayah Bunda sampai saat ini di usiaku yang 27.
Ah, airmataku membasahi pipiku malam ini. Ya Tuhan ampuni aku.

♦♦♦